Ayah dan Bumi
poem
Jalan setapak mengitari tempatnya menari sambil disenangi
Makan mudah, Hidup tidak susah
Dibaliknya punggung berkarat, berumur, menimba sumur
Tanggung jawab nama tengahnya
Ayah.
Tali-temali mengikat rumahnya yang kini goyah
Biarkan penumpang tertawa sampai wajah memerah
Biar saja anak istrinya makan ikan dan buah
Satu butir padi baginya sudah cukup mewah
Sudah besarpun Si Kecil miliknya masih sering datang padanya sambil mengeluh resah
Kenapapun Ayah tetap ada untuk ia
Kakak adik terkasih jelang sore gemar mangadu\
Atas jahatnya dunia dan tertawaan padanya
Ayah memeluk.
Ia terjatuh.
Air mata membumi
Kini ia tidur dalam bumi
Puisi
Refleksi
Hidup
Kenangan