Aku dan kamu harusnya jadi isi buku paling indah yang kiranya bisa ku tulis hari ini Saat letihku nyender saja pada pundakmu yang wangi pandan itu
Hi, Umm.. well, so that You decided to visit this page, please don't take it all serious. Lot of them is just my mind or personal opinion. But, Happy Reading❗
Aku dan kamu harusnya jadi isi buku paling indah yang kiranya bisa ku tulis hari ini Saat letihku nyender saja pada pundakmu yang wangi pandan itu
Perlahan kerak pedih pergi berlari Renungan malam tentang puisi dan mimpi tak lagi menghampiri Sembuh juga akhirnya sejak datang jemari Braga dan
Teluk dipinggir jurang ini akan segera menyusut Mengingat waktunya telah lalu Kelopak mata kini mengkerut Ia tak sadar telah menikahi air dari baw
Aku berlari kencang sejak mentari datang Sungai membentang, sejak kapan aku tak tenang Pelipis kiri ini rasanya membeku Kapan lalu ia tak pernah
Pikirku kini sederhana Jadi apa yang aku ingin jadi, pasti ada Pikirku kini sederhana Peluk darimana pun kan kuterima Aku suka disukai Pikirku
Jalan setapak mengitari tempatnya menari sambil disenangi Makan mudah, Hidup tidak susah Dibaliknya punggung berkarat, berumur, menimba sumur Tang
Hari ini datanglah ia dengan hati kecilnya bersama belati tanda kesepian Padahal, sore ini aku harus datang ke pengasapan Padahal, cukup sudah tomb
Kelar ku merogoh kantong kanan sambil menodongkan Frans Kaisepo ke warung pinggir jalan Nikmat juga rokok kretek ini disantap saat turun hujan Biar
Apa kita sakit? Sejak dini trauma terungkit Apa kita sakit? Kapan lalu ku datang dengan rakit Apa kita sakit? Rasa-rasa itu akhir-akhir ini sena
Dada ini sesak sambil kubuat kain yang disasak Pelajaran kadang datang tanpa kehendak Pelaut sedang rindu berada di geladak Peluh keringat hati in
Media sosial akhir-akhir ini memalingkan wajah ceria dan rasa ikhlas yang dari dulu coba dia jaga Perkataan nenek penjual kue dan si tukang tempa ba
Izinkan purnama menyingkap kain tebal di muka Saran tertinggal, Rindu terpungkal Keluh dan getir teman sarapan pagi Malam kelam muram terpejam Ja
Telah datang pada penulis puisi yang rumahnya nampak namun tak beratap Yang hidupnya tidak terlalu berseri sejak ia tahu siapa dirinya Gemar betul
Malam rindu berkemas halu kala itu memelukku dengan erat Tikus-tikus jalanan masih mencari makan sambil mengerat Rasanya hubungan ini tidak lagi er
Wanita penjual perhatian dan kasih sayang ini masih menjajakan jualnnya pada orang tak berkepribadian Yang wajahnya kosong tanpa pikiran Sebalku me
Angin berjalan membawa tas belanja yang ia siapkan sedari pagi Sore ini lengang rupanya Hati itu lupa nyatanya Ingat itu sampai padanya Sekali
Ini tentang usaha yang tidak beranak Ini tentang keajaiban yang tidak berpihak Dan ini tentang keberuntungan yang mustahil ditebak Jarang juga lam
Layar dan cahaya dengan tidak sopan memoles alisnya yang mengkerut Tak akan ku kenalkan Dia yang kini kubicarakan Sampai tanda tanya lepas dari anjun
Aku dan sebatang kayu ini sedang menyusuri sungai yang terang bulan ia pantulkan Kaki ini sudah tidak merengek sejak ia kubawa dari hilir Kakek tua
Peradaban hutan tak pernah habis kisahnya Perkenalkan Si Rubah dan cahaya gelap di sekitarnya Dengan Ekornya, dan bekas cakar di dada kirinya Te
Jingga di pekarangan rumah sisi sampan Terutak-atik angin dan nirwana teraman Matraman dengan kias dan rona Sungai dan jalan-jalannya Rantai pe
Pengamen muda itu tertatih di trotoar jalan Asia Afrika Lelah betul keliatannya Mungkin sejak ia berlari mengejar mimpinya untuk bersama Braga dan
Adakalanya kalah adalah menang Orang-orang bijak itu pernah bilang Semua batasan adalah ciptaan orang Bukan hal yang pantas dijadikan alasan Berpe